Rabu, 22 Desember 2010

Your Guardian Angel

Seorang mahasiswi muda bernama Dien.. datang dengan ragu-ragu menyusuri sekolah yang baru, sekaligus sangat asing baginya. sangat lengang.. tidak ada aktivitas seseorang pun.. Ia baru saja bertanya pada satpam sekolah yang ditemuinya di gerbang sekolah tadi dimana letak ruangan seseorang yang akan ditemuinya hari ini. sekalipun sangat mudah menemukan ruangan itu berdasarkan petunjuk yang didengarnya, tapi langkahnya sangat berat untuk melangkah. Antara takut, gugup, dan banyak hal yang berkecamuk dalam hati dan pikirannya. Ia mencoba berjalan saja.. hingga di ujung lorong ia menemukan sebuah ruangan dengan hiruk pikuk beberapa orang dari dalam keluar.. keluar-masuk. Ia lalu memberanikan diri untuk mengetuk pintu ruangan itu. "Permisi, bisa saya menemui Bu Shandy hari ini?", katanya memberanikan diri. "Maaf, anda siapa dan ada perlu apa?", kata salah seorang wanita yang tertegun menatap tajam ke arahnya karena ada orang asing yang secara tiba-tiba menanyakan dimana atasannya berada. "Saya mahasiswi universitas Airlangga dan saya telah berjanji menemuinya siang ini", kata Dien kembali. "O..oke.. baik! tunggu sebentar", kata wanita itu. Ia melangkah dengan ragu namun segera mundur dan mencoba menghubungi atasannya via telepon dengan segera.

"Bu, ada mahasiswi menunggu Ibu disini...? namanya....", ia menatap ke arah mahasiswi itu mencoba bertanya. "..Dien", sahut Dien dengan segera. "Namanya... Dien. ..Iya...o...oke-oke!", lalu wanita itu menutup teleponnya. "Bu Shandy mengatakan bahwa beliau sedang meeting dengan seseorang saat ini, namun ia berpesan agar Bu Dien menunggu sebentar karena beliau akan segera kembali dalam 15 menit. Bagaimana Bu?", tanya wanita itu dengan lembut dan mantab. "Oh..baik. Akan saya tunggu di luar. Terima kasih", kata Dien sambil permisi untuk melangkah keluar. Dan beliau tersenyum bijak.

Dien kembali menutup pintu yang baru saja dibukanya. Ia melihat beberapa orang tua datang dengan anak-anak mereka dan masuk ke ruangan yang baru saja ditinggalkannya. Ia menatapi mereka dengan berjalan lambat menuju tempat duduk antar lorong yang tidak jauh dari ruangan tadi. Hufffh...desah nafas panjang Dien. Ia mulai duduk dan berpikir tentang banyak hal... tentang bagaimana sidang skripsinya besok..apa ia bisa menjawab semua pertanyaan nantinya.. lalu kenapa ia ada disini saat ini.. bukankah seharusnya ia belajar di kos dan duduk di antara banyak buku yang terbuka di sekelilingnya saat ini.. kenapa sidang besok seperti ulangan harian saja rasanya..yang bisa ia hadapi sambil lalu..hingga ia bisa datang sekarang untuk duduk menunggu interview.. apa ia berhasil di interview hari ini..
Ia mulai mengingat bagaimana orang tuanya telah menyimpan harapan besar saat ia memberitahukan pada mereka bahwa ia akan melakukan interview yang sama di tempat yang berbeda beberapa waktu lalu...dan setelah gagal total, ia tidak tahu harus menjelaskan apa pada keluarganya. karena ia sendiri pun masih bingung tentang apa yang membuatnya gagal di interview saat itu. Kenapa ia justru disodori pertanyaan yang tidak pernah ia pikir sebelumnya. Apa itu evolusi? apa evolusi itu sejalan dengan kitab suci? Mana yang lebih dulu ada, Adam atau manusia purba?
"Apa aku akan ditanya seperti itu juga hari ini?", gumamnya dalam hati. Huffh...nafas panjangnya kembali mendesah...

Ia mulai memutar pandangannya memutar. Memandang sekeliling. Di hadapannya nampak sebuah lapangan basket yang terhampar di tengah lingkupan gedung-gedung bertingkat yang saling berputar bersambungan. Dan di dalam gedung-gedung sebelah kiri tampak ada beberapa kursi dengan satu whiteboard di masing-masing ruangannya. Itu pasti ruang-ruang kelas. Di bagian luarnya ada tembik-tembok bercap telapak tangan manusia dengan beberap komitmen mereka untuk cinta lingkungan, sesama, dan Tuhan...
Lalu di bagian tengah, gedung yang ini tampak lebih lengang..tanpa banyak barang. Sepertinya memang dibiarkan demikian... dengan meja-meja yang lebih panjang. Lalu tampak tangga-tangga berpilin ke arah atas. Sedang gedung di sebelah kiri..terlihat seperti ruangan orang-orang penting. Deret ruang kesiswaan(Tata Usaha) yang baru saja dihampirinya tadi, ruang kepala sekolah, wakil kepala sekolah, dan seterusnya yang berjajar namun tak terlihat ruangan apa dari mata Dien. Di atasnya seperti ruangan yang sangat besar bercat putih dengan teras sempit di sampingnya...Entah ruangan apa itu.
"Apa sekolah ini yang kelak akan jadi bagian hidupku? atau aku hanya akan pulang dengan sia-sia seperti sekolah sebelumnya?", gumam Dien kembali dalam hati.

-bersambung-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar